Pijat Kretek: Antara Tradisi Lokal dan Prinsip Kiropraktik Modern – “Jangan Coba Pijat Kretek Sebelum Baca Ini! Bisa Berbahaya Kalau Salah!”
Pijat Kretek di berbagai sudut permukiman dan gang-gang sempit Indonesia, Anda mungkin mendengar suara “krek” yang khas berasal dari sebuah rumah sederhana. Di dalamnya, seorang pria paruh baya tengah memutar leher pasien hingga berbunyi, lalu menggeser bahunya, menyambung punggungnya—semua dilakukan dengan tangan kosong, tanpa bantuan alat canggih, dan tentu saja, tanpa anestesi. Inilah dunia “pijat kretek.”
Pijat kretek, atau dikenal juga sebagai “pijet patah” oleh sebagian masyarakat, telah lama menjadi bagian dari praktik pengobatan tradisional di Indonesia. Istilah “kretek” mengacu pada suara sendi yang patah atau terlepas lalu dikembalikan ke posisi semula—mirip dengan apa yang dalam dunia medis disebut sebagai manipulasi muskuloskeletal.
Namun, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan berbasis bukti, penting untuk mengkaji kembali pijat kretek dalam lensa yang lebih ilmiah. Bagaimana pijat ini berhubungan dengan dunia kiropraktik? Apakah ia hanya ritual warisan budaya, atau menyimpan potensi terapeutik yang layak diperhitungkan?
Berikut ini kami sajikan 10 poin penting seputar pijat kretek yang dapat membantu Anda memahami praktik ini dengan lebih dalam, terutama dari sudut pandang kiropraktik modern.
1. Apa Itu Pijat Kiropraksi?

Kiropraktik, atau dalam istilah internasional disebut “chiropractic care,” adalah cabang pengobatan alternatif yang fokus pada sistem muskuloskeletal, terutama tulang belakang. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, cheir (tangan) dan praxis (praktik), yang berarti “penanganan dengan tangan.” Pijat kiropraksi adalah teknik manipulasi yang dilakukan untuk mengembalikan posisi sendi yang bergeser atau tidak sejajar.
Dalam konteks pijat kretek, teknik manipulasi ini mirip secara bentuk—meskipun berbeda dalam pendekatan. Seorang tukang pijat kretek mungkin tidak memiliki pelatihan medis formal, tetapi banyak di antaranya telah menangani ratusan pasien dan mengandalkan intuisi serta pengalaman bertahun-tahun.
Namun, tidak semua praktik pijat kretek bisa disamakan dengan kiropraktik. Bedanya ada pada prinsip dan landasan ilmiah yang melatari.
2. Prinsip Dasar Ilmu Kiropraktik

Ilmu kiropraktik memiliki fondasi yang kokoh pada anatomi, neurologi, dan biomekanika tubuh manusia. Tujuan utamanya bukan hanya menghilangkan nyeri, tapi mengembalikan fungsi sistem saraf melalui penyesuaian struktur muskuloskeletal.
Konsep utama dalam kiropraktik adalah subluksasi vertebral, yakni ketidaksejajaran pada tulang belakang yang bisa mengganggu transmisi impuls saraf dari otak ke seluruh tubuh. Seorang kiropraktor akan mengidentifikasi titik subluksasi, lalu melakukan penyesuaian manual secara terkontrol dan presisi.
Dalam pijat kretek, manipulasi memang terjadi, tetapi prinsip dasar ilmu kiropraktik sering kali tidak diterapkan. Tanpa pemahaman menyeluruh terhadap struktur neurologis, ada potensi tindakan yang berisiko.
3. Manfaat Kesehatan yang Didukung Penelitian

Praktik kiropraktik telah mendapat pengakuan dalam berbagai jurnal ilmiah. Sejumlah studi menyebutkan bahwa terapi kiropraktik efektif untuk:
- Nyeri punggung bawah kronis
- Sakit leher
- Sakit kepala tipe tegang
- Nyeri bahu dan sendi
- Mobilitas terbatas
Salah satu meta-analisis dalam The Spine Journal menyimpulkan bahwa manipulasi tulang belakang memiliki efektivitas yang setara, bahkan kadang melebihi, terapi fisik konvensional dalam menangani nyeri punggung.
Sayangnya, pijat kretek belum banyak diteliti dalam literatur ilmiah. Sebagian besar bukti bersifat anekdotal. Ini tidak berarti tidak bermanfaat, tetapi praktiknya belum melalui standardisasi ilmiah.
4. Prosedur Terapi dan Apa yang Diharapkan Pasien

Dalam terapi kiropraktik profesional, sesi dimulai dengan anamnesis lengkap: riwayat medis, pemeriksaan fisik, tes neurologis, hingga pencitraan seperti MRI atau X-ray jika perlu. Penyesuaian dilakukan dengan teknik yang telah dikalibrasi, sesuai kondisi pasien.
Berbeda dengan itu, pijat kretek biasanya dimulai dari keluhan pasien yang sederhana seperti “salah urat” atau “terkilir.” Terapis langsung melakukan manipulasi tanpa diagnosis terstruktur. Beberapa tukang pijat juga menggunakan minyak gosok atau jamu, lalu memutar sendi hingga terdengar bunyi “krek.”
Pasien sering merasa “plong” setelahnya, namun tidak sedikit juga yang merasa nyeri selama berhari-hari karena manipulasi yang terlalu agresif.
5. Perbedaan dengan Pijat Tradisional atau Refleksi

Perlu dibedakan antara pijat kretek, pijat tradisional (urut), dan pijat refleksi:
- Pijat urut fokus pada jaringan otot dan peredaran darah.
- Pijat refleksi menstimulasi titik-titik saraf di telapak kaki dan tangan.
- Pijat kretek atau kiropraktik fokus pada tulang dan sendi, terutama tulang belakang.
Jadi, meskipun sama-sama menggunakan teknik tekanan dan gesekan, pijat kretek berada di spektrum yang lebih mekanis-struktural. Ini mendekatkannya pada kiropraktik, tetapi dengan perbedaan besar dalam disiplin dan metodologi.
6. Siapa yang Cocok Mendapatkan Terapi Kiropraktik?

Pasien yang ideal untuk terapi kiropraktik adalah mereka yang mengalami:
- Nyeri muskuloskeletal ringan hingga sedang
- Ketegangan otot kronis
- Gangguan mobilitas
- Masalah postur akibat kerja kantoran
Namun, terapi ini tidak cocok untuk semua orang. Pasien dengan kondisi seperti osteoporosis berat, tumor tulang, fraktur yang belum sembuh, dan gangguan pembekuan darah harus dihindarkan dari manipulasi tulang.
Demikian pula dalam pijat kretek. Banyak kasus kerusakan serius terjadi karena manipulasi pada pasien yang seharusnya dirujuk ke dokter terlebih dahulu. Di sinilah pentingnya diagnosis yang akurat sebelum tindakan dilakukan.
7. Risiko dan Efek Samping: Apa yang Perlu Diwaspadai?

Pijat kretek memiliki risiko inheren yang tidak bisa diabaikan, terutama jika dilakukan oleh terapis yang tidak memahami anatomi tubuh. Efek samping yang dilaporkan mencakup:
- Nyeri pasca terapi
- Dislokasi sendi
- Cedera ligamen
- Herniasi diskus
- Dalam kasus ekstrem: stroke akibat manipulasi leher
Dalam kiropraktik modern, risiko ini dapat ditekan berkat skrining awal, teknik yang lebih aman, serta penyesuaian berdasarkan ilmu kedokteran. Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk tidak sembarangan menerima pijat kretek tanpa mengetahui risikonya.
8. Integrasi dengan Pengobatan Konvensional

Praktik kiropraktik di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia sudah menjadi bagian dari integrative medicine. Di rumah sakit-rumah sakit besar, pasien pasca operasi atau cedera olahraga sering dirujuk ke kiropraktor sebagai bagian dari program pemulihan.
Di Indonesia, tren ini mulai terlihat meski belum merata. Beberapa klinik fisioterapi atau rumah sakit swasta telah mempekerjakan kiropraktor bersertifikat. Namun, pijat kretek sebagai praktik tradisional masih belum masuk ke sistem layanan kesehatan formal karena belum adanya regulasi dan standardisasi.
Jika pijat kretek ingin naik kelas dan menjadi bagian dari sistem kesehatan nasional, integrasi dengan pendekatan medis konvensional menjadi suatu keniscayaan.
9. Pentingnya Gaya Hidup Penunjang Setelah Terapi

Baik setelah menjalani terapi kiropraktik maupun pijat kretek, gaya hidup pasien memegang peran penting dalam menentukan keberlanjutan manfaatnya. Pasien dianjurkan untuk:
- Memperbaiki postur duduk saat bekerja
- Melakukan peregangan rutin
- Menghindari angkat berat secara mendadak
- Menggunakan alas tidur yang sesuai dengan bentuk tulang belakang
Terapi sekali waktu tidak akan memberikan hasil jangka panjang tanpa perubahan gaya hidup. Seperti pepatah lama: “Tubuh yang sehat adalah buah dari kebiasaan, bukan hasil dari sesi tunggal.”
10. Biaya, Legalitas, dan Aksesibilitas di Indonesia

Pijat kretek, karena bersifat informal, biasanya lebih murah dan mudah diakses. Satu sesi bisa dimulai dari Rp50.000 hingga Rp150.000, tergantung wilayah. Namun, karena tidak memiliki pengawasan hukum dan etika profesional, potensi malpraktik juga lebih tinggi.
Sebaliknya, terapi kiropraktik profesional bisa mencapai Rp300.000 hingga lebih dari Rp1.000.000 per sesi. Kelebihannya adalah:
- Terapis memiliki lisensi internasional (DC – Doctor of Chiropractic)
- Klinik sering kali terdaftar resmi di bawah Kementerian Kesehatan
- Standar pelayanan lebih terkontrol
Regulasi untuk praktik pijat kretek masih abu-abu. Tidak sedikit praktik yang dijalankan tanpa izin, tanpa protokol kebersihan yang memadai, dan tanpa pertanggungjawaban medis. Ini menjadi tantangan bagi pemerintah dan asosiasi kesehatan untuk merumuskan kerangka kerja yang melindungi masyarakat sekaligus melestarikan tradisi.
Penutup: Tradisi atau Terapi? Mencari Titik Temu
Pijat kretek adalah bagian dari warisan kearifan lokal yang telah membantu banyak orang meredakan keluhan fisik secara cepat dan terjangkau. Namun, saat ini kita hidup di zaman di mana bukti ilmiah, keamanan, dan regulasi tak bisa lagi diabaikan. Ada ruang untuk menjembatani tradisi dengan modernitas, asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Mungkin sudah saatnya praktik pijat kretek dipetakan, diteliti, dan diformalkan sebagai bagian dari terapi komplementer Indonesia—dengan pelatihan, sertifikasi, dan pengawasan yang layak. Dengan begitu, ia tidak hanya bertahan sebagai kenangan masa lalu, tetapi juga berkembang menjadi bagian dari masa depan pelayanan kesehatan negeri ini.
“Suara ‘KREK’ yang Menyembuhkan
0882 1265 6472


